Post Views: 14
Indonesia menempati urutan ketiga dari 21 negara dengan populasi usia 15-24 tahun yang sering mengalami depresi & sedikit minat untuk melakukan sesuatu. Fakta tersebut merupakan hasil survei Unicef dan Gallup pada tahun 2021. Di Indonesia, lebih dari sepertiga (34,9%) remaja usia 10-17 tahun mengalami masalah kesehatan jiwa. Hal ini menjadi perhatian serius karena luka psikologis yang tidak ditangani dengan baik dapat meningkat menjadi gangguan jiwa.
Untuk mengatasi masalah ini, Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat (Ditjen Kesmas), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengadakan sosialisasi Buku Saku Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis kepada First Aider (pemberi pertolongan pertama) tahun 2024. Buku saku ini bertujuan untuk memberikan panduan bagi para pemberi pertolongan pertama dalam menangani luka psikologis dengan cepat dan tepat.
Data dan fakta dari berbagai sumber menunjukkan pentingnya perhatian terhadap kesehatan jiwa. National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) Tahun 2022 menunjukkan bahwa satu dari tiga remaja mengalami masalah kesehatan mental, dengan gangguan mental terbanyak adalah kecemasan (Anxiety). Selain itu, kasus perundungan juga menjadi perhatian serius, seperti kasus kematian mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan dugaan kasus bullying di Binus School Simprug.
Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis (P3LP) merupakan bantuan psikologis dasar yang diberikan kepada orang-orang yang mengalami luka psikologis akibat kejadian berat atau penuh tekanan. Program P3LP dapat dilakukan oleh siapa saja yang terorientasi dan bersedia, seperti guru, orang tua, konselor, mahasiswa, serta staf HRD di tempat kerja.
Melalui Program P3LP, diharapkan luka psikologis dapat dicegah dari menjadi gangguan jiwa. Program ini diintegrasikan dengan berbagai program lintas sektor, seperti Gerakan Pramuka dan gerakan Sekolah Sehat Kemendikbudristek. Sehat Jiwa menjadi salah satu pilar utama dalam Gerakan Sekolah Sehat, menunjukkan pentingnya kesehatan jiwa dalam perkembangan peserta didik.
Dalam mengatasi masalah perundungan, komunikasi dan lingkungan keluarga yang sehat menjadi kunci penting. Orang tua perlu memberikan contoh pola hidup sehat kepada anak-anak, agar mereka tumbuh menjadi individu yang memiliki karakter baik dan jiwa yang sehat.
Dengan menjaga kesehatan jiwa dan fisik, diharapkan dapat mencegah permasalahan kesehatan jiwa dan luka psikologis pada anak-anak dan remaja. Pentingnya pendekatan holistik dalam mendukung kesehatan jiwa dan mencegah gangguan jiwa menjadi fokus utama dalam upaya kesehatan masyarakat.