Baru-baru ini, seorang Kepala Desa di Gunung Menyan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat bernama Wiwin Komalasari viral karena dituduh menghina tradisi nasi berkat saat pelantikan Bupati Bogor. Namun, setelah klarifikasi, diketahui bahwa hal tersebut hanyalah bercanda belaka. Namun, apa sebenarnya makna dari tradisi nasi berkat di Indonesia?
Nasi berkat merupakan salah satu hidangan tradisional yang populer di Indonesia, terutama di pulau Jawa. Biasanya, hidangan ini disajikan dalam acara-acara penting seperti kenduri, syukuran, pernikahan, dan upacara adat. Nama ‘berkat’ sendiri memiliki makna yang dalam, yaitu berkah atau rezeki yang diberikan Tuhan kepada umat-Nya.
Hidangan nasi berkat terdiri dari nasi putih atau nasi kuning yang disertai dengan aneka lauk pauk seperti ayam, daging, telur, sambal, serundeng, sayur-sayuran, dan jajanan pasar. Proses penyajiannya pun bervariasi, mulai dari daun pisang, besek bambu, hingga kotak kardus atau plastik, menambah daya tarik visualnya.
Nasi berkat bukan sekadar makanan, melainkan juga merupakan simbol syukur dan berbagi kepada sesama. Hal ini menjadikan tradisi nasi berkat memiliki makna yang mendalam, sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan atas segala rezeki yang diberikan. Pembagian nasi berkat juga dianggap sebagai bentuk sedekah dan doa agar keberkahan terus mengalir serta mempererat hubungan sosial antar keluarga, sahabat, dan tetangga. Momen ini penting untuk menjaga silaturahmi yang baik.