Karya penyair Indonesia ternyata dapat ditemukan di stasiun kereta bawah tanah (subway) di Kota Seoul, Korea Selatan. Puisi ‘Aku’ karya Chairil Anwar ditampilkan dalam dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Korea, di dua staisun di Seoul, yaitu: Stasiun Yeouido Jalur 5 Peron 8-2 dan 8-3 dan Stasiun Gangnam Jalur 2 Peron 3-3 dan 3-4. Penempatan puisi ini merupakan bagian dari Program Puisi Multinasional yang diinisiasi oleh Pemerintah Kota Seoul sejak 2008. Program ini bertujuan untuk menampilkan puisi dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Inggris, India, Malaysia, Mongolia, dan Vietnam, sebagai bentuk penghargaan terhadap sastra dunia. Pemilihan puisi ‘Aku’ didasarkan pada pesan universal yang terkandung di dalamnya, yang berbicara tentang semangat dan determinasi diri, serta dianggap relevan lintas budaya, termasuk bagi masyarakat Korea Selatan. Chairil Anwar dikenal sebagai salah satu sastrawan terkemuka Indonesia yang punya pengaruh besar dalam dunia sastra. Puisi ‘Aku’ dianggap sebagai representasi dari semangat perjuangan dan keberanian yang dimiliki oleh Chairil Anwar. Melalui karya ini, ia berhasil menyampaikan pesan yang dalam dan menginspirasi, terutama pada bagian terakhir puisi yang berbunyi, ‘Aku mau hidup seribu tahun lagi.’ Kalimat ini menggambarkan semangat hidup yang membara dan harapan yang tak pernah padam, sebuah pesan yang sangat relevan di berbagai kalangan. Menurut Zelda Wulan Kartika, Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Seoul, Chairil Anwar adalah simbol perjuangan kemerdekaan nasional pada masa penjajahan.