Pacu Jalur merupakan salah satu gerakan ikonis dalam dunia perlombaan perahu yang berhasil memikat hati warganet global. Festival Pacu Jalur sendiri merupakan bagian dari agenda Kharisma Event Nusantara (KEN) dan rutin digelar setiap bulan Agustus di Tepian Narosa, Taluk Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau.
Secara etimologi, kata “pacu” bermakna perlombaan dan “jalur” merujuk pada perahu. Jadi, Pacu Jalur secara simpel dapat diartikan sebagai perlombaan mendayung perahu. Acara ini dimulai dengan letupan meriam karbit sebanyak tiga kali sebagai aba-aba bagi para peserta, di tengah arena yang luas dengan ribuan penonton yang riuh.
Setiap jalur yang berlomba diwakili oleh beberapa peran penting seperti tukang concang (pemberi aba-aba), tukang pinggang (juru mudi), tukang tari, dan tukang onjay. Setelah aba-aba diberikan, peserta berlomba menembus arus Sungai Kuantan menuju garis finis. Perahu-perahu yang digunakan untuk lomba, biasanya memiliki panjang sekitar 40 meter dan memerlukan biaya hingga Rp100 juta per unit, yang dibiayai secara swadaya oleh masyarakat setempat, menunjukkan semangat gotong-royong yang kuat.
Dengan jumlah dayung mencapai 50-60 orang untuk setiap perahu, Pacu Jalur tidak hanya menjadi ajang perlombaan yang menarik, namun juga mencerminkan kebersamaan dan kerja sama yang kuat di antara komunitas Kuansing.