Beberapa waktu belakangan ini, pesawat jet pribadi menjadi perbincangan hangat. Banyak tokoh terkenal seperti selebriti, miliuner, dan pejabat yang memiliki jet pribadi dengan harga yang sangat mahal. Namun tidak semua figur publik memiliki pesawat jet pribadi, ada juga yang menyewa dengan tarif yang tidak kalah tinggi.
Selain itu, perhatian dan kritikan juga meluncur terhadap jejak karbon yang ditinggalkan oleh alat transportasi mewah ini. Penggunaan jet pribadi ternyata dapat menyebabkan emisi karbon yang signifikan. Berdasarkan laporan dari Federasi Eropa untuk Transportasi dan Lingkungan pada tahun 2021, jet pribadi memiliki jejak emisi karbon yang lima hingga 14 kali lebih tinggi per penumpang dibandingkan dengan penerbangan komersial. Bahkan penggunaan jet pribadi juga 50 kali lebih berpolusi daripada penggunaan kereta api.
Polusi udara yang dihasilkan oleh jet pribadi ini sangat besar. Bahkan jika dibandingkan dengan naik mobil pribadi, polusi yang dihasilkan setara dengan 16 kali mengendarai mobil dari Paris ke Roma, Italia. Meskipun kontribusi pesawat jet pribadi terhadap total emisi karbon hanya sekitar 2 persen, dampaknya tetap signifikan sehingga perlu dipertimbangkan dengan serius.
Emisi karbon dari pesawat, termasuk jet pribadi, bukan hanya terbatas pada CO2. Gas rumah kaca lainnya seperti uap air dan nitrogen oksida juga turut meningkatkan dampak pemanasan global. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan mengelola emisi karbon dari penerbangan udara, termasuk penggunaan jet pribadi, guna mengurangi dampaknya terhadap lingkungan.
Selain berdampak pada lingkungan, emisi karbon juga memiliki dampak serius pada kesehatan manusia. Partikulat halus dan senyawa organik volatil yang dihasilkan oleh polusi udara dapat menyebabkan masalah pernapasan, penyakit jantung, peningkatan risiko penyakit pernapasan kronis, dan berbagai dampak kesehatan lainnya.