Nicki adalah sosok yang lahir dengan keterbatasan fisik dan sudah menggunakan kaki palsu sejak usia satu tahun. Namun, hal tersebut tidak menghentikannya untuk menjadi pelopor gerakan inklusif melalui inisiatif sosial seperti Berdayabareng. Dedikasinya dalam menciptakan akses pendidikan dan ketenagakerjaan bagi penyandang disabilitas, perempuan, dan pemuda di Indonesia Timur menjadikannya sebagai simbol ketangguhan yang tidak menyerah oleh batas fisik.
Najeela Shihab, figur utama dalam reformasi pendidikan di Indonesia, selalu mendorong pendekatan pendidikan yang berbasis kolaborasi dan keberagaman. Melalui kiprahnya di Sekolah Cikal dan gerakan Semua Murid Semua Guru, ia berjuang untuk sistem pendidikan yang manusiawi bagi anak-anak dan guru. Penghargaan global yang diterimanya semakin memperkuat kontribusinya bagi dunia pendidikan di Indonesia.
Gina S. Noer, seorang sineas perempuan, memberikan ruang bagi narasi-narasi perempuan dalam perfilman Indonesia. Lewat karyanya seperti “Dua Garis Biru” dan “Like & Share,” ia membuka dialog publik mengenai pengalaman perempuan dan keluarga dengan sensitivitas sosial yang tinggi. Melalui lensa film, Gina berusaha menciptakan ruang yang hangat bagi kisah-kisah perempuan.
Prof. Dr. dr. Cita Rosita Sigit Prakoeswa, seorang ilmuwan dan pelayan masyarakat, tidak hanya dikenal atas gelar akademisnya namun juga aktif dalam pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, terutama perempuan dan anak-anak. Percaya bahwa kesehatan melibatkan aspek fisik, cinta, keteladanan, dan keberlanjutan, Prof. Cita memiliki kontribusi besar dalam meningkatkan kesehatan masyarakat luas.