Ketidakadilan dalam Sistem Ekonomi – prabowo2024.net

Date:

Share post:

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku 1 Kepemimpinan Militer: catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto]

Ketidakadilan Ekonomi: Ancaman Bagi Kesejahteraan Nasional

Ketidakadilan ekonomi menjadi tantangan besar yang dihadapi oleh ekonomi Indonesia, terutama dalam hal aliran kekayaan yang mengalir keluar negeri. Dampak dari ketidakadilan ekonomi ini terasa di masyarakat, dimana masih banyak rakyat yang hidup dalam kondisi miskin dan sulit. Data BPS menunjukkan bahwa gini ratio pendapatan warga Indonesia pada tahun 2020 adalah 0,38, dimana 1% orang terkaya mendapatkan 38% pendapatan di Indonesia. Bahkan, menurut riset lembaga keuangan Credit Suisse, angka gini ratio kekayaan warga Indonesia pada tahun 2021 sudah mencapai 0,36, dimana 1% orang terkaya menguasai 36% kekayaan.

Ketimpangan kekayaan yang besar ini merupakan ancaman yang berbahaya, karena dapat memicu konflik sosial, huru-hara, dan perang saudara yang berkepanjangan. Indikator utama dari kesenjangan kekayaan ini dinilai dari angka gini ratio, dimana angka 0,36 menunjukkan bahwa 1% dari populasi terkaya di Indonesia memiliki 36% kekayaan negara. Hal ini berarti bahwa dari populasi 270 juta jiwa, 36% kekayaan Indonesia dimiliki oleh 2,7 juta orang, sedangkan sisanya dibagi antara 267,3 juta jiwa.

Bahkan, data juga menunjukkan bahwa kekayaan dari empat orang terkaya di Indonesia lebih besar dari harta 100 juta orang termiskin di Indonesia. Selain itu, gini ratio untuk kepemilikan tanah juga menciptakan keresahan, dengan angka 0,67 yang menunjukkan bahwa 1% populasi terkaya di Indonesia memiliki 67% tanah. Meskipun Pemerintah gencar membagikan sertifikat tanah, data menunjukkan bahwa lebih dari 75% petani di Indonesia tidak memiliki lahan sendiri.

Dalam konteks informasi yang semakin luas melalui akses internet, ketimpangan kekayaan ini semakin tampak nyata bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sementara masih banyak rakyat yang susah makan dan susah hidup layak, melihat kelompok kecil di Indonesia yang hidup mewah dan berlebih hanya akan memperburuk ketimpangan.

Faktor-faktor ini, seperti inflasi, harga pangan naik, populasi muda dengan harapan yang rendah, dapat menjadi pemantik untuk terjadinya revolusi, huru-hara, dan perang saudara. Dan saat ini hampir semua faktor tersebut sudah ada di Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya kewaspadaan dari pihak terkait, karena ketidakadilan ekonomi bisa menjadi pemicu terjadinya huru-hara, revolusi, dan perang saudara yang berkepanjangan. Sumber artikel dapat dilihat di sini.

Semua BErita

Ketika Pipa Air Minum Disulap Jadi Instalasi Seni di Art Jakarta 2024

Art Jakarta tahun ini telah meningkatkan ukuran lahan pameran, dari dua hall sebelumnya menjadi tiga hall, yaitu C1,...

Survey: 73.3% of the Public Supports the Formation of KIM Plus Coalition

Jakarta - Survei terbaru yang dilakukan oleh Indikator antara tanggal 22 hingga 29 September 2024 menemukan bahwa 73,3%...

Hanya 1 Rupiah untuk HUT TNI, Tarif Transjakarta, MRT, dan LRT

loading... Bus Transjakarta membawa penumpang di Halte Karet, Jakarta, Jumat (4/10/2024). Memperingati HUT TNI Tarif Transjakarta, MRT, dan LRT...

Tren Infus Cinderella di Kalangan Pekerja Muda Korea Selatan dan China untuk Atasi Kelelahan

Para pekerja muda di China dan Korea Selatan sedang mengikuti tren terapi nutrisi intravena (IVNT) untuk mengatasi kelelahan...