Aqila menegaskan bahwa penggunaan metode pembelajaran yang modern dapat membuat kursus bahasa daerah lebih menyenangkan. Dia merekomendasikan penggunaan permainan kata, permainan peran, kuis bahasa, bedah aksara, dan metode lainnya untuk membuat proses pembelajaran lebih menarik. Aqila juga menyarankan untuk terus mengevaluasi proses pembelajaran agar para pembelajar merasa nyaman, serta memperluas informasi tentang adanya kursus belajar bahasa daerah dengan berkolaborasi dengan pemerintah, pemangku kepentingan, dan sastrawan agar dapat menyasar semua generasi dan wilayah yang lebih luas.
Widi juga menyatakan bahwa penyusunan buku ajar kelas bahasa secara sistematis oleh pengajar dapat menjadi cara lain untuk mendorong minat belajar bahasa daerah. Kurikulum ini disusun untuk tiga tingkat kelas di Tlatah Waktu, dan diharapkan dapat membantu peserta dalam memahami bahasa Jawa secara menyeluruh, sehingga belajar bahasa juga berarti belajar sikap budaya dan pola pikir pemilik dan penutur bahasa tersebut. Mereka juga bertujuan membuat tata letak materi semenarik mungkin, dan Dr. Karsono H. Saputra memiliki peran penting dalam membawa kelas dengan cerita-cerita budaya Jawa.
Sementara itu, para duta bahasa berusaha merevitalisasi bahasa daerah melalui program-program krida. Duta Bahasa DKI Jakarta khususnya telah menginisiasi berbagai program untuk mempromosikan kesadaran berbahasa daerah pada generasi muda.