Lebih dari dua abad yang lalu, ahli fisiologi Jan Evangelista Purkyne menyadari bahwa bunga merah yang terlihat merah terang pada hari-hari cerah berubah menjadi merah tua pada malam hari. Efek tersebut dikenal sebagai efek Purkinje. Efek ini menjelaskan bahwa warna terlihat berbeda tergantung pada seberapa banyak cahaya yang ada.
Dalam kondisi cahaya minim, warna merah cerah tampak lebih gelap, memudar, dan terkadang hampir hitam. Sebaliknya, warna biru dan hijau cenderung menjadi lebih cerah. Menurut laman CNN, gerhana matahari total dianggap menjadi momen tepat untuk mengamati efek Purkinje, meskipun sebenarnya efek tersebut bisa diamati secara perlahan saat pergantian siang ke malam setiap hari.
Mata yang menggunakan dua jenis reseptor peka cahaya, mulai beralih dari menggunakan sel kerucut yang memberi informasi ke otak tentang warna yang terlihat dalam cahaya terang, menjadi bergantung pada sel batang yang mengambil alih dalam cahaya redup dan biasanya hanya menangkap panjang gelombang biru-hijau dengan baik, kata Will Snyder, manajer Planetarium James S. McDonnell di Saint Louis Science Center di Missouri.