Ahli strategi kampanye regional untuk Greenpeace Asia Tenggara, Heng Kiah Chun, menyatakan bahwa diplomasi orang utan tidak akan menyelesaikan krisis deforestasi di Malaysia. Menurutnya, jika pemerintah Malaysia sungguh-sungguh dalam upaya konservasi keanekaragaman hayati, maka mereka sebaiknya menerapkan kebijakan yang melawan deforestasi.
Orang utan merupakan hewan penghuni pohon terbesar yang sering ditemukan berayun-ayun di kanopi hutan hujan tropis sebagian besar hidupnya. Para peneliti telah mencatat kecerdasan dan kemampuan luar biasa mereka, seperti bisa mengobati luka secara alami dengan tanaman obat atau menggunakan alat sederhana seperti dahan pohon, tongkat, dan batu.
WWF Malaysia menyatakan bahwa masih ada sekitar 100 ribu orang utan di Kalimantan dan 14 ribu di Sumatera, Indonesia. Mereka menekankan bahwa orang utan merupakan spesies yang sangat terancam punah, sehingga sangat penting untuk melestarikan habitat mereka yang tersisa.
Menurut WWF, komitmen dalam meningkatkan pengelolaan hutan dan produksi minyak sawit yang berkelanjutan akan menjadi cara terbaik untuk menunjukkan komitmen Malaysia terhadap konservasi keanekaragaman hayati. Mereka menegaskan bahwa konservasi orang utan bisa dicapai dengan melindungi dan melestarikan habitat alami mereka tanpa mengubahnya menjadi perkebunan kelapa sawit.