Rencana perubahan desain baru paspor Republik Indonesia oleh Dirjen Imigrasi menuai kritikan dari berbagai pihak, termasuk akademisi Universitas Muhammadiyah Bengkulu, Surya Vandiantara. Vandiantara mempertanyakan alasan keamanan yang dijadikan alasan untuk perubahan desain paspor. Menurutnya, apakah keamanan paspor Indonesia yang sudah beredar sebelumnya belum memadai.
Fitur baru yang akan ditambahkan pada paspor Republik Indonesia termasuk tinta UV, tinta intaglio, kertas, pita pengaman, tanda air, teknologi hologram, dan chip elektronik untuk data biometrik juga dipertanyakan oleh Vandiantara. Pertanyaannya adalah apakah fitur-fitur tersebut sudah ada pada paspor sebelumnya, dan apa urgensi perubahan desain paspor saat ini.
Vandiantara juga mengkhawatirkan masalah baru yang mungkin muncul jika perubahan desain paspor dilakukan, terutama dalam menghadapi potensi krisis pemalsuan paspor. Dirjen Imigrasi diharapkan melakukan kajian mendalam terkait kondisi keamanan paspor yang berlaku saat ini sebelum menetapkan kebijakan perubahan desain.
Selain itu, pemilihan warna pada desain baru paspor juga harus diperhatikan dengan serius agar mencerminkan ideologi bangsa Indonesia. Vandiantara juga meragukan pemilihan waktu peluncuran desain baru paspor di akhir masa pemerintahan lama dan menjelang pelantikan pemerintahan baru.
Sejumlah kecurigaan timbul terkait keputusan ini, termasuk mengapa Dirjen Imigrasi tidak menunggu pemerintahan baru dilantik sebelum melakukan perubahan desain paspor. Hal ini akan memberikan kesempatan bagi pemerintahan baru untuk menganalisis kebijakan tersebut secara mendalam.