Post Views:
6
Kanal-kesehatan.com – Kulit disekitar mata kaki Azka (3 tahun) terdapat bintik-bintik berisi nanah, ada sebagian yang sudah pecah dan sebagian lagi belum. Azka juga demam dan sering menangis, berjalan pun ia harus tertatih-tatih menahan sakit, kedua selangkangannya juga bengkak akibat infeksi luka di sekitar mata kakinya tadi.
Setelah berkonsuktasi dengan dokter Spesialis Kulit dan Kelamin serta mendapatkan perawatan, akhirnya luka-luka di sekitar mata kaki Azka berangsur kering dan membaik. Kondisi yang telah dialami Azka sejak kecil tersebut didiagnosa dokter sebagai Dermatitis Atopik. Sebenarnya apa dan bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Berikut informasi seputar Alergi yang perlu diketahui.
Apa itu Alergi?
Pernah dengar kan cerita orang yang alergi makanan laut, atau bahkan sekadar makan telur pun di beberapa bagian tubuhnya bisa jadi bengkak dan kemerahan. Nah kondisi itu disebut Alergi yang merupakan reaksi tubuh berlebihan terhadap benda asing tertentu atau yang disebut alergen. Sebagian orang yang memiliki kecenderungan alergi, ketika si alergen tersebut masuk ke dalam tubuhnya, maka kekebalan tubuhnya orang tersebut akan aktif dan bereaksi. Reaksi berlebih tersebutlah secara singkat dipahami sebagai alergi.
Lalu alergen apa saja yang dapat memicu alergi? Kelompok Alergen Makanan seperti udang, ikan laut, kacang-kacangan. Dalam kasus Azka tadi Ikan Salem sebagai makanan yang dapat memicu kondisi alergi pada sebagian orang.
Ada juga sabun atau diterjen tertentu, keringat yang berlebihan bahkan rokok juga dapat menjadi Alregen Bahan Iritan. Kelompok tungau, debu, serbuk bunga, bulu hewan masuk dalam Alergen Hirup dan masih ada lagi seperti Alergen Keadaan atau Alergen Suhu Udara, udara yang terlalu dingin atau udara yang terlalu panas, juga menjadi surber alergen yang mampu menimbulkan alergi.
Gejala Alergi
Seseorang yang mengalami alergi makanan akan mengalami reaksi inflamasi, umumnya gatal, kemudian mata berair, bersin –bersin, hidung beringus dan diserati juga dengan gatal. Gatal yang cukup menyiksa biasanya berupa bercak dan merah dikulit, sehingga penderita alergi sulit mengendalikan diri untuk tidak menggaruk.
Perjalanan Alergi
Unik dan serunya, setiap penyintas alergi itu akan mengalami fase yang bernama Allergy March, atau bisa dibilang sebagai perjalanan alamiah sebuah kondisi alergi. Perjalanan alergi ini kenapa dibilang unik dan seru, karena akan timbul sesuai perkembangan usia. Sebab dalam setiap fase usia, organ tubuh yang terganggu berbeda-beda.
Data yang diungkap Dr.Damayanti,dr.,Sp.KK(K) dari Universitas Airlangga menyebutkan bahwa 88.4% dari anak-anak berumur kurang dari 60 bulan memiliki Dermatitis Atopik tanpa komplikasi. Sebanyak 62.2% anak-anak berumur lebih dari 60 bulan mengalami Dermatitis Atopik dengan komplikasi. Data tersebut menggambarkan bahwa jumlah pasien yang menderita Dermatitis Atopik dengan komplikasi meningkat bersama dengan umur pasien tersebut. Sejalan dengan uniknya perjalanan alergi.
Apakah Alergi Dapat Menular?
Jawabannya tentu tidak, karena memang kondisi alergi ini tidak menular. Tapi memang diturunkan alias disebabkan karena faktor genetik. Misalnya kedua orangtua memiliki riwayat alergi, maka kemungkinan risiko alergi yang diderita anak mencapai 40-60%, tapi bukan berarti jika kedua orang tua dan saudara kandung tidak memiliki riwayat alergi sekalipun, risiko anak menderita alergi masih ada kemungkinanya 10-20%.
Risiko akan semakin besar yakni mencapai 60-80% jika memiliki kedua orang tua yang memiliki gejala alergi yang sama, misalnya sama-sama alergi makanan laut, maka anaknya pun memiliki risiko yang sama dengan kedua orang tuanya. Menurut data yang kami himpun, ternyata meski kedua orang tua tidak memiliki gejala alergi, namun saudara kandung memiliki riwayat alergi, maka kemungkinan risikonya masih mencapai 30%.
Kekebalan tubuh memang menjadi kondisi yang berdampingan dengan alergi. Sebab kekebalan tubuh yang berbeda antara satu orang dan lainnya, ada yang sensitif terhadap alergen, ada yang tidak. Sehinga Faktor Genetik dan Lingkungan menjadi dua faktor yang mampu memicu timbulnya alergi.
Apa yang Harus Dilakukan?
Mudahnya, jika tidak ingin alergi timbul semakin kuat, adalah dengan meminimalisir terpapar faktor alergen. Banyak langkah-langkah yang dapat dilakukan, diantaranya yang utama adalah dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI) selama minimal 6 bulan disertai dengan upaya ibu yang tidak mengkonsumsi makanan pencetus alergi. Melakukan perawatan kulit dengan tetap menjaga kelembaban. Sebaiknya tidak menggaruk pada kulit yang gatal.
Merawat Kulit Alergi
Lalu jika alregi yang timbul berdampak pada kulit bahkan sampai meradang, bagaimana perawatannya? Pada kasus Deramatitis Atopik atau eksim, kulit yang mengalami ruam kemerahan hingga peradangan tentu sangat gatal dirasakan para penderitanya. Obatnya ternyata mudah dan murah, yaitu “Jangan Digaruk” saran dr. Bambang Dwipayana, Sp.D.V.E menggoda Adifa Syafiq (17) salah satu pasiennya yang sedang berkonsultasi. “Jangan hanya dilarang jangan digaruk, karena secara alamiah kulit yang gatal pasti akan digaruk. Gen Z ini tidak mau kalau hanya dilarang…iya kan? Harus ada alasan dan solusinya, tidak seperti jaman dulu yang hanya bisanya melarang,” ujar dokter yang menamatkan pendidikan spesialis Kulit dan Kelamin di Universitas Indonesia.
Lebih lanjut dr Bambang menjelaskan melalui layar komputernya bahwa yang terpenting adalah perilaku, karena semakin kulit yang gatal digaruk maka akan semakin besar juga kerusakan kulit yang akan dialami. Nah supaya gatal mereda, sambil memberi tips, dr Bambang menyarakan untuk segera mengompres kulit yang gatal dengan kain yang dibasahi, boleh dengan air dingin untuk menenangkan kulit, “Disayang sayang itu kulitnya, karena jika sudah rusak jaringannya, maka kulitnya akan menghitam,” lanjut dokter Bambang.
Rutin merawat kulit menjadi kunci dalam penanganan kulit dermatitis. Menurut dr. Isman Jafar, Sp.A (K) kulit dengan kondisi Dermatitis Atopik akan membaik jika rajin diberikan pelembab kulit. Lakukan setiap habis mandi dengan segera memakai pelembab kulit maksimal 3 menit setelah selesai badan dikeringkan.
Setelah kulit diberi pelembab, diamkan selama kurang lebih 15 menit, baru lanjutkan dengan mengoles salep anti radang jika terdapat iritasi dengan rutin maksimal 10 hari agar radang mereda dan kulit kembali sehat. Selanjutnya dokter yang mendapatkan gelar Dokter Spesialis Anak dari Universitas Indonesia ini mengimbau agar rajin menggunakan pelembab sehabis mandi agar kulit tetap ternutrisi, sebab kulit yang kering, akan memicu gatal. Ujung-ujungnya akan digaruk dan luka hingga meradang.
Mencuci Hidung
Sering bersin dipagi hari, hidung beringus? Gejala khas rinithis alergi. Meski harus tegak diagnosisnya dengan berkonsultasi ke dokter spesialis THT. Salah satu yang disarankan dr. Safira Trifani, Sp.THT-KL adalah rutin mencuci hidung. Caranya dengan menyemprotkan cairan NaCl atau air bersih ke salah satu lubang hidung, dengan posisi mulut sedikit terbuka. Mencuci hidung banyak manfaatnya, salah satunya menjaga agar hidung tetap bersih dari debu dan polutan yang terhirup dan menyebabkan gangguan pernapasan.
Penulis
Dina Dasuciana
Referensi 1. Konsultasi dokter 2. unair.ac.id