Mengatasi Trauma dengan Terapi Memaafkan – Kanal-Kesehatan.com

Date:

Share post:

Menutup bulan pertama di tahun 2025 membicarakan kesehatan mental tentu seru, menarik, dan penasaran. Topik unggulan seiring gempuran maraknya konten sosial media yang menyuarakan luka batin, kisah sedih yang seolah tak pernah kehabisan kisah. Mari kita ulik tentang luka dan trauma, yang trennya cenderung meningkat.

Artikel ini dibuka dengan sebuah kutipan dari seorang penulis buku kesehatan mental dan juga seorang therapist dan family counselor, Daud Antonius yang sudah melakukan konseling sejak tahun 2014. Bersamanya kita akan mencari tahu apa itu trauma sekaligus mempraktekkan salah satu metode terapinya bertajuk “Forgivnes Therapy” (Terapi Memaafkan) yang terdengar mudah dipraktikkan.

Trauma adalah luka batin, psikologis dan emosional yang disebabkan oleh pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, mencekam atau membahayakan diri. Ada beberapa hal mampu mencetuskan trauma psikologis, antara lain adalah perpisahan, kekerasan verbal, fisik atau bahkan seksual, korban perudungan (bully), body shaming, pengalaman pengkhianatan, dimanfaatkan, dan dibohongi.

Trauma berdampak pada tubuh secara fisik dan emosional. Hormon kortisol meningkat, neurotransmitter khususnya serotonin dan endorfin menurun, dan Amigdala menjadi lebih sensitif. Trauma dapat disebabkan oleh orang lain atau diri sendiri, tetapi ada pilihan untuk tidak menyakiti diri sendiri. Dampaknya termasuk munculnya pikiran negatif, kesulitan mengontrol emosi, dan dampak fisik seperti sakit kepala, sakit perut, dan tremor.

Untuk menyembuhkan trauma, terapi memaafkan dapat menjadi jalan keluar. Melalui proses menerima, melepaskan, dan memaknai kejadian yang menyakitkan, seseorang dapat meredakan beban emosional dan memulai perjalanan penyembuhan. Fase dalam terapi ini meliputi regresi, mengidentifikasi perasaan, menerima kejadian, merubah sudut pandang, menceritakan kebenaran, mengungkapkan emosi, dan memproses perjalanan.

Tujuh level dalam terapi memaafkan mencakup kesadaran diri, berhenti menyalahkan, menerima dan merawat diri sendiri, menulis ulang sejarah hidup, menceritakan kebenaran, mengungkapkan emosi, dan memahami bahwa proses memaafkan adalah berkelanjutan. Dengan niat yang kuat, seseorang dapat menemukan jalan menuju kesembuhan dari trauma dengan bantuan terapi memaafkan.

Semua BErita

15 Bank dan E-Wallet yang Mendukung QRIS TAP: Daftar Terbaru

Bank Indonesia (BI) telah meluncurkan QRIS TAP, sebuah inovasi pembayaran digital berbasis Near Field Communication (NFC) untuk memberikan...

Mengatasi Krisis Iklim & Air Bersih: Solusi Tepat!

Perubahan iklim telah berdampak signifikan terhadap ketersediaan dan kualitas air akibat curah hujan yang tidak menentu, pencairan es,...

Bobocabin Gunung Mas Puncak Bogor Tetap Buka Meski Ada Plang Pengawasan KLH

Bobobox, penyedia akomodasi glamping di Puncak, Bogor, yaitu Bobocabin Gunung Mas, akan mematuhi rekomendasi Kementerian Lingkungan Hidup setelah...

Review OPPO A5 Pro 4G: Ponsel Tahan Air Harga Terjangkau

OPPO resmi merilis smartphone terbaru mereka, yaitu OPPO A5 Pro 4G, yang menawarkan spesifikasi unggulan dengan harga yang...