Menggugah Emosi: Perjuangan Wanita di Dapur Program MBG
Serdang Bedagai, 30 Juli 2025 — Air mata Aslina tak tertahankan. Berdiri dengan tangan gemetar dan mata berkilau, wanita paruh baya itu menceritakan bagaimana kehidupannya telah berubah. Saat ini, dia bekerja di Unit Layanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Cempedak Lobang, Sei Rampah, Serdang Bedagai—hanya beberapa langkah dari rumahnya.
“Terima kasih, Bapak Presiden, telah membantu kami dalam kehidupan sehari-hari. Kami berharap program ini bisa terus berlanjut selamanya,” ujar Aslina, suaranya gemetar di antara isak syukur.
Pada hari Rabu (30 Juli), Aslina berdiri tegak ketika tempat kerjanya dikunjungi oleh Hasan Nasbi, Kepala Kantor Komunikasi Presiden, Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution, dan beberapa pemimpin daerah lainnya.
Sebelumnya seorang ibu rumah tangga purna waktu tanpa penghasilan, suami Aslina bekerja sebagai buruh dengan penghasilan yang sederhana. Hidup minim dan tanpa banyak harapan perubahan. Namun sekarang, melalui keterlibatannya dalam program Makanan Bergizi Gratis (MBG), dia membantu menyiapkan makanan sehat untuk anak-anak sekolah di komunitasnya.
Normawati juga membagikan pengalaman serupa. Dengan senyum cerah, dia menggambarkan betapa bermaknanya kesempatan ini baginya.
“Alhamdulillah, kini saya memiliki penghasilan tambahan untuk mendukung suami saya. Dan pekerjaannya dekat dengan rumah,” ujarnya sambil merapikan jilbabnya.
Dikenal dengan panggilan Norma, dia adalah ibu dari tiga anak. Dua di antaranya masih bersekolah—satu di sekolah menengah dan yang lainnya di sekolah dasar. Keduanya kini menerima makanan bergizi setiap hari melalui program MBG.
“Jadi anak-anak mendapatkan makanan sehat, dan ibu mereka membantu menyiapkannya,” tambahnya dengan bangga.
Manfaat program tidak hanya terbatas pada para ibu rumah tangga. Shinta Ramadana, seorang wanita 21 tahun yang telah menganggur selama beberapa bulan, juga bergabung dengan tim ini. Sekarang dia bekerja dalam persiapan makanan, memotong sayuran, merajang bumbu, dan menyortir bahan-bahan—tugas yang dijalankannya dengan antusiasme yang besar.
“Saya biasanya bekerja mulai jam 1 siang sampai selesai. Jika kita memasak di malam hari, kita mulai jam 10 malam. Saya utamanya bertanggung jawab untuk pekerjaan persiapan,” jelas Shinta.
Aslina, Norma, dan Shinta hanya mewakili beberapa dari ribuan wanita yang hidupnya telah berubah melalui Program MBG. Menurut data Badan Gizi Nasional (BGN), hingga 28 Mei 2025, total 93.572 individu telah dipekerjakan melalui inisiatif ini, bekerja di 2.378 unit SPPG di seluruh negeri.
Program MBG bukan hanya tentang menyediakan makanan bergizi—ini tentang pemberdayaan. Ini tentang dapur yang telah menjadi ruang harapan.

