Beberapa ahli meyakini bahwa meskipun peningkatan kasus penipuan yang perlu ditanggulangi, reputasi Singapura sebagai pusat kebudayaan tetap tidak akan terganggu. Profesor bisnis dari Universitas Nasional Singapura Lawrence Loh berpendapat bahwa posisi Singapura sebagai pusat kebudayaan ditentukan oleh infrastruktur, fasilitas, konektivitas, dan keseluruhan lanskapnya. Meskipun upaya untuk memerangi penipuan tiket konser terus dilakukan, hal ini tidak akan berdampak pada reputasi Singapura dalam menyelenggarakan acara-acara yang berkualitas.
Menurut Prof Loh, tindakan penegakan hukum yang dilakukan pihak berwenang untuk menindak penipu tiket konser mencerminkan bahwa Singapura serius dalam mengatasi penipuan. Contohnya adalah penangkapan seorang wanita berusia 29 tahun yang diduga melakukan penipuan sejumlah lebih dari 24.000 dolar Singapura dengan modus penjualan tiket konser Taylor Swift.
Selain penipuan dalam transaksi online, penipuan yang terkait dengan malware juga perlu menjadi perhatian di Singapura. Pada tahun 2023, penipuan malware menjadi penipuan keenam yang paling umum, dengan 1.899 kasus dilaporkan dan kerugian mencapai 34,1 juta dolar Singapura. Salah satu korban adalah seorang janda berusia 50 tahun yang hampir kehilangan 110.000 dolar Singapura akibat penipuan malware yang menimpa dirinya dan dua anak laki-lakinya yang berusia 10 dan 12 tahun.