Dengan keanggotaan Indonesia di PBB, Indonesia juga secara otomatis menjadi anggota UNESCO. Melalui lembaga tersebut, Indonesia mulai mengajak dunia internasional untuk turut serta dalam upaya penyelamatan bangunan bersejarah. Upaya ini akhirnya membuahkan hasil dengan dukungan dana dari Pelita dan UNESCO. Pada tahun 1975, restorasi Candi Borobudur secara menyeluruh dimulai, dimana hanya tingkat bawah yang perlu dibongkar karena tingkat atasnya masih dalam kondisi baik.
Proses pembongkaran melibatkan tiga jenis pekerjaan. Pertama, teknologi arkeologi yang melibatkan pembongkaran bagian Rupadhatu candi, yaitu empat tingkat segi empat di atas kaki candi. Selanjutnya, pekerjaan teknik sipil melibatkan pemasangan pondasi beton bertulang untuk mendukung Candi Borobudur di setiap tingkatnya, lengkap dengan saluran air dan lapisan kedap air dalam konstruksinya. Terakhir, pekerjaan kemiko arkeologis yang melibatkan pembersihan dan pengawetan batu-batu Candi Borobudur. Batu-batu yang telah bersih dari lumut, cendawan, dan mikroorganisme lainnya disusun kembali ke bentuk semula.