Perry mengungkapkan bahwa pada tahun 2007, bisnis Factory Outlet (FO) yang sempat lesu kembali bangkit setelah mengubah dagangan dari barang sisa ekspor menjadi barang KW hasil impor. Hal ini dilakukan karena adanya permintaan dari konsumen.
“Jika konsumen tidak menginginkannya, kami tidak akan menjualnya. Konsumen apakah tidak tahu? Tentu tahu,” ucapnya.
Namun, tren ini tidak berlangsung terus menerus. Menurutnya, minat wisatawan dalam wisata belanja telah beralih ke wisata kuliner atau wisata yang Instagramable. Oleh karena itu, pemilik FO yang masih bertahan beradaptasi dengan menyediakan tempat makan.
“Saat ini, semua berusaha mengembangkan tempat makan yang ramai. Sehingga, pengunjung beralih ke tempat makan, restoran, kafe, atau FO yang memiliki tempat makan yang ramai. Sekarang, FO tidak lagi menjadi tujuan utama wisatawan yang berkunjung ke Bandung,” tandasnya.
Ketika ditanya apakah FO masih bisa bangkit lagi, Perry menjawab, “Kita akan melihat kemampuan wisatawan. Jika mereka kembali tertarik pada wisata belanja, bisnis akan berjalan kembali dan kami akan membuka kembali.”
Meskipun demikian, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, Benny Bachtiar, menyebutkan bahwa meskipun FO tidak lagi begitu menarik bagi wisatawan lokal, masih banyak wisatawan mancanegara yang tertarik untuk berbelanja barang berkualitas dengan harga terjangkau. Misalnya, wisatawan dari Malaysia.
“Mereka masih sering berbelanja di FO ketika berkunjung ke Bandung karena perbedaan harga yang signifikan dengan harga di negara mereka,” ujarnya.