Debat klaim warisan budaya di antara negara Asia Tenggara tampaknya masih menjadi sorotan utama publik. Baru-baru ini, warganet di kawasan tersebut sedang membahas asal-usul cendol.
Seorang pemilik akun media sosial dari Malaysia memposting bahwa negara-negara Asia Tenggara memiliki keterkaitan dan berbagi banyak budaya, serta adat istiadat serupa, dengan menampilkan berbagai versi cendol dari negara-negara tersebut. Meskipun namanya berbeda seperti cendol, chendol, nom lort, lot chong, dan mont let saung, namun secara visual mereka mirip. Warganet Indonesia mengakui keberadaan berbagai versi cendol tersebut.
Namun, ketika menyangkut asal-usul cendol, ada perbedaan. Cendol berasal dari Indonesia dan menyebar serta diadaptasi oleh berbagai negara Asia Tenggara, menurut beberapa warganet. Mereka mendukung argumennya dengan menyertakan tautan dokumenter CNA tentang asal-usul cendol.
Menurut CNA, cendol pertama kali disebutkan dalam naskah Kresnayana dari Kerajaan Kediri abad ke-12 di Jawa. Di Jawa, cendol dikenal dengan nama dawet dan disajikan sebagai minuman dengan jeli beras hijau sebagai ciri khasnya. Dawet sangat penting dalam tradisi Jawa, terutama dalam upacara Dodol Dawet yang diadakan menjelang pernikahan, di mana orangtua mempelai perempuan menjual dawet kepada tamu dan kerabat. Para tamu akan membayar dengan koin terakota, yang melambangkan pendapatan bagi keluarga.
Dengan demikian, cendol memang memiliki sejarah dan asal-usulnya yang kaya, serta menjadi bagian dari warisan budaya Asia Tenggara yang patut diapresiasi.