Laporan tersebut menyoroti peran penebangan, pembangunan jalan, dan kebakaran dalam degradasi hutan, ketika lahan rusak, tapi tidak sepenuhnya hancur. Pada 2022, tahun terakhir data tersedia, kawasan hutan seluas dua kali Jerman mengalami degradasi.
Erin Matson, konsultan senior di Climate Focus, dan salah satu penulis laporan tersebut, menyatakan bahwa “Kebijakan yang kuat dan penegakan hukum yang kuat diperlukan untuk memenuhi target perlindungan hutan global. Kita harus membuat perlindungan hutan kebal terhadap keinginan politik dan ekonomi.”
Laporan ini muncul setelah Komisi Eropa mengusulkan penundaan satu tahun, hingga akhir tahun 2025, berlakunya undang-undang antideforestasi, meskipun ada protes dari LSM. Matson menyatakan, “Kita harus secara mendasar memikirkan kembali hubungan kita dengan konsumsi dan model produksi kita untuk beralih dari ketergantungan pada eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.”
Di sisi lain, analisis bersama oleh World Resources Institute (WRI) Global, Universitas Maryland, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHJ) RI, yang difasilitasi oleh Norwegia, menunjukkan bahwa laju deforestasi antara tahun 2022 dan 2023 “hanya” 0,13 juta hektare per tahun.