Pada akhir pekan lalu, upacara peringatan HUT RI pertama kali diadakan di IKN. Pada acara tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenakan dua pakaian adat dari dua provinsi berbeda. Saat memimpin upacara pengibaran bendera pusaka, Jokowi mengenakan baju adat yang terinspirasi dari Kesultanan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Sedangkan saat memimpin upacara penurunan bendera, beliau menggunakan baju adat Banjar dari Kalimantan Selatan.
Kedua pakaian adat ini memiliki makna yang berbeda. Baju adat yang digunakan saat pengibaran bendera dikenal sebagai baju adat Kustim, yang memiliki hubungan erat dengan sejarah Kesultanan Kutai Kartanegara. Kesultanan ini dikenal sebagai salah satu kerajaan tertua di Indonesia dan dianggap sebagai cikal bakal Nusantara. Istilah “Kustim” berasal dari kata “Kustin,” yang berarti “kebesaran,” menandakan bahwa pakaian ini memiliki kasta tertinggi dalam hierarki kerajaan.
Sementara itu, untuk pakaian adat yang dipakai saat penurunan bendera, Jokowi terinspirasi oleh Baju Adat Banjar, Baamar Galung Pancar Matahari. Pakaian ini terbuat dari bahan beludru yang mencerminkan kemewahan. Dari atas ke bawah, semua bagian dari pakaian ini dihiasi dengan manik-manik dan simbol naga, yang dalam budaya Banjar melambangkan kekuasaan, kebaikan, dan keberuntungan.