Saat perang Israel mulai menyebar dari Gaza ke Lebanon, kekhawatiran melanda dunia karena konflik tersebut berpotensi memperdalam krisis ekonomi di kawasan tersebut. Komunitas Muslim muda di berbagai belahan dunia merasakan kecemasan dan kemarahan atas lambannya respons negara-negara besar terhadap serangan militer Israel.
Protes dari mahasiswa Muslim dari New York hingga London dan Tokyo terhadap Benjamin Netanyahu semakin meningkat, dengan tuduhan bahwa dia memperpanjang perang demi kepentingan politiknya. Oneir Raza dari Universitas Cambridge di Inggris merasa sangat terpukul oleh serangan udara Israel yang menewaskan lebih dari 500 orang dalam satu hari di Lebanon.
Menurut Raza, ada banyak kemarahan dan frustrasi di kalangan publik karena siklus kekerasan yang terus berlanjut tanpa perubahan yang signifikan. Dia merasa bahwa kehidupan warga sipil diabaikan dalam respons global, meningkatkan perasaan ketidakadilan di kalangan mereka.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam pidatonya di Majelis Umum PBB meminta para pemimpin dunia untuk tidak menoleh dari kekejaman yang dilakukan oleh Israel. Bagi banyak pelajar Muslim, perang Israel terhadap tetangganya memicu emosi pribadi yang menyentuh, seperti marah, sedih, dan frustrasi.
Mereka percaya bahwa solusi yang menghormati hak-hak semua pihak yang terlibat adalah yang benar-benar diperlukan dalam situasi konflik ini.