Satu tahun yang lalu pada tanggal 7 Oktober, Israel memulai serangan agresifnya di Jalur Gaza setelah serangan mendadak milisi Hamas yang menembakkan roket ke Israel. Dalam satu tahun sejak agresi itu dimulai, hampir 42 ribu nyawa telah melayang.
Data menunjukkan bahwa setidaknya 16.756 anak Palestina telah tewas, jumlah tertinggi anak-anak yang tercatat dalam satu tahun konflik selama dua dekade terakhir. Lebih dari 17.000 anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya.
Meskipun mendapat kecaman global dan permohonan bantuan dari organisasi internasional dan kelompok hak asasi manusia, Israel terus melanjutkan serangan tanpa pandang bulu yang menimbulkan ketakutan di antara penduduk Gaza dan mengakibatkan kematian seluruh keluarga Palestina dari berbagai generasi.
Menurut PBB, setiap hari 10 anak kehilangan satu atau kedua kakinya akibat serangan tersebut, dengan operasi dan amputasi dilakukan tanpa anestesi karena pengepungan Israel masih berlanjut. Lebih dari 10.000 orang diperkirakan terkubur di bawah reruntuhan.
Para relawan dan pekerja pertahanan sipil di Gaza harus mengandalkan tangan kosong karena kekurangan peralatan untuk membersihkan puing-puing dan menyelamatkan mereka yang terjebak. Sekitar 75 ribu ton bahan peledak diperkirakan telah dijatuhkan di Gaza.
Para ahli memperkirakan dibutuhkan bertahun-tahun, minimal delapan tahun, untuk membersihkan puing-puing yang mencapai lebih dari 42 juta ton, yang juga penuh dengan bom yang belum meledak. Dengan terus berlangsungnya aksi genosida oleh tentara Israel, proses pemulihan akan semakin lama berkembang.