Di puncak Gunung Sanggara, terdapat area istirahat meskipun tidak terlalu luas. Pada musim hujan, pendaki disarankan untuk berhati-hati saat duduk santai di puncak karena sering ditemui lintah penghisap darah. Jika ada lintah yang menempel, disarankan untuk tidak panik atau mencabutnya dengan tiba-tiba. Cukup teteskan benda cair beraroma menyengat seperti air tembakau atau minyak kayu putih, dan lintah akan lepas dengan sendirinya. Jangan lupa untuk membersihkan bekas gigitan dengan obat luka atau antiseptik.
Menurut penduduk setempat, nama Gunung Sanggara berasal dari kata “sanggar”, yang awalnya berarti “sangar” atau menyeramkan, terutama bagi orang yang sombong atau pongah. Versi lain mengatakan bahwa penamaan Gunung Sanggara berasal dari kisah terkait keberadaan Sembah Dalem Sunan Margataka atau Sang Manarah atau Ciung Wanara.
Makam petilasan Ciung Wanara diyakini berada di kawasan Situs Budaya Batu Loceng. Ciung Wanara adalah seorang bangsawan dari Saunggalah yang masih keturunan dari Raja Kerajaan Galuh. Dikisahkan bahwa tokoh ini pernah berada di kawasan Gunung Sanggara bersama para senapatinya yang setia, termasuk Prabu Layang Kencana, Layang Sari, Langlangbuana, Eyang Aria Geger Sunten, Eyang Aria Sanggar Jaya, serta Aki dan Nini Kantaya.