Suci mengatakan bahwa sampai saat ini tidak ada yang bisa memprediksi secara akurat kapan dan bagaimana gempa akan terjadi. Oleh karena itu, tidak ada jaminan bahwa tempat wisata aman dari potensi bencana secara keseluruhan.
“Yang bisa kita pastikan adalah bahwa dengan mempersiapkan diri dan segera mengambil langkah-langkah mitigasi terhadap gempa bumi dan tsunami, kita dapat mengurangi risiko dampak yang mungkin terjadi akibat gempa bumi dan tsunami. Jika kita sudah siap dan mempromosikan pariwisata yang aman berdasarkan mitigasi terhadap gempa bumi dan tsunami,” ujarnya.
Suci juga menyebutkan tentang tiga hal yang harus diketahui oleh para wisatawan mengenai tindakan darurat, yang dikenal sebagai tiga langkah tanggap terhadap tsunami. Pertama, adalah tanggap terhadap gempa bumi. Wisatawan perlu memahami jenis gempa bumi apa yang dapat memicu tsunami.
“Dalam hal ini, gempa bumi dengan kekuatan besar yang membuat kita sulit untuk berdiri, atau gempa bumi yang menetap lama. Jika kita mengidentifikasi hal tersebut dan berada di tepi pantai, segera menjauh dari pantai. Seperti yang disarankan di Selandia Baru, ‘long or strong get gone’,” jelasnya.
Selanjutnya, adalah memahami peringatan dini dari BMKG dan arti dari status awas, siaga, dan waspada serta cara untuk menerima peringatan tsunami. Ketiga, para wisatawan dan pengelola kawasan wisata juga harus memahami prosedur evakuasi, tempat evakuasi yang paling cepat dan aman. “Di mana titik evakuasi, bagaimana melaksanakan prosedur evakuasi,” tambahnya.