Santi menyatakan bahwa minat konsumen terhadap pangan di Indonesia sangat beragam. Faktor-faktor seperti jenis kelamin, umur, kondisi fisiologis, budaya, dan kondisi ekonomi mempengaruhi kesukaan pada makanan. Masyarakat kota lebih cenderung mengikuti tren dalam memilih makanan dibandingkan masyarakat di pedesaan.
Untuk meningkatkan ketahanan pangan, Santi menyarankan untuk mengurangi impor terigu dan mengoptimalkan pemanfaatan komoditas lokal unggulan sebagai pangan pokok alternatif selain beras, nasi, dan mie. Pilihan pangan pokok alternatif termasuk nasi jagung, sagu, singkong, ubi jalar, talas, dan lainnya dalam bentuk olahan seperti tiwul atau beras analog.
Selain pangan pokok, tubuh juga membutuhkan sumber protein dan lemak, yang sebagian besar dipilih dari protein nabati seperti tahu, tempe, dan telur. Daging ayam lebih disukai oleh masyarakat setelah telur. Daging sapi dipilih dalam jumlah yang lebih sedikit, sedangkan daging dari hewan lain seperti kambing dan kerbau juga dipilih dalam jumlah yang lebih sedikit.
Konsumsi ikan didominasi oleh ikan air tawar, sementara konsumsi ikan laut masih rendah. Santi menekankan pentingnya diversifikasi pangan agar memenuhi kebutuhan gizi yang seimbang bagi masyarakat Indonesia.